Tuesday, April 10, 2007

Pemarah

Aku pemarah. Dan aku memang belum menjadi pemarah yang baik—yang bisa mengendalikan emosi kemarahannya agar tertuju kepada orang yang tepat, dengan takaran yang tepat, di tempat dan waktu yang tepat, dengan alasan yang tepat.
Hehehe… aku belum sehebat itu.:)
Tapi bukannya aku gak mau begitu, aku mau. Hanya saja sekarang masih terasa berat. Kalau aku nyoba, kebanyakan gagalnya daripada suksesnya. Artinya pernah beberapa kali aku sukses berat tidak melampiaskan amarahku dan tetap bisa mengatasinya. And you know what… rasanya hebat! Hehe
Tapi ya itu tadi…aku tetep masih dengan susah payah menangani sifatku yang satu ini. Makanya kadang aku butuh orang yang gak gampang marah sebagai penyeimbangku. Bukan yang “sebelas-dua belas” sama aku. Tujuannya jelas, untuk menghindari pecahnya perang dunia III dan menjaga keharmonisan dunia serta keseimbangan alam semesta. Halah….. kwek kek kek kek …:)
Kenapa aku butuh orang yang gak pemarah—atau mungkin lebih tepatnya, yang gak meledak-ledak dan bersumbu pendek, kayak aku? Karena, ketika aku marah… aku sebenarnya tidak benar-benar marah. Kebanyakan, kemarahanku bersifat reaktif. Aku marah pada suatu kejadian, keadaan, atau kelakuan orang. Tapi bukan sama orangnya. (Aku emang gak mau dan gak pengen sama sekali punya perasaan negatif sama orang. Demi kebaikanku sendiri, bukan demi siapa-siapa. For the sake of my health.:)) Nah, kalo orang dekatku termasuk yang kayak aku juga, bisa2 dia menganggap serius kemarahanku dan parahnya lagi…ikut2an marah. Wah…berabe dah!
Makanya aku butuh orang yang gak pemarah kayak aku dan bisa memahami kemarahanku. (Dia bisa gak ikutan marah kalo aku marah. Bisa stay cool kalo aku lagi eror. Intinya tetep waras ketika aku mulai ‘gila’, whehehe…) Tapi bukan berarti marahku harus dicuekin lho… coz, kadang—kalo bukan ngambek nih—biasanya aku pasti punya alesan untuk kemarahanku. Jadi, kalo tu alesan kejadian lagi di waktu yang akan datang, beuuuhh… marahku bisa berlipat-lipat plus pasti dengan bonus ekstra khas orang murka. Hehe..

Wah, narsis banget dari tadi ngomongin diri sendiri, bikin yang baca mual-mual. Tapi intinya ya itu tadi, aku ini pemarah dan gak sabaran, kadang gak bisa mentolerir kelambanan dan ‘kebodohan’. Tapi anehnya aku tetap mencintai diriku dengan segala kelebihan dan kekurangan itu. hoeks...hoeks....
Dan untuk dia yang terlalu dalam dan terlalu murni aku cintai… tentu saja kadang-kadang aku bisa melakukan hal-hal yang tidak biasa kulakukan, semisal, menahan bahkan membuang kemarahanku. Karena cintaku jauh lebih besar dari itu.
(Halah lah… pliz dechhh....!:))